Selasa, 29 Mei 2012

CERITAKU

BURUNG PATAH SAYAP

     Seekor burung yang terlahir tidak normal seperti teman-temannya yang lain. Dia terlahir sebagai seekor burung yang cacat. Dia tahu dan paham dirinya cacat. Bergaul dengan teman-temannya yang lain pun dia merasa tidak cocok, tidak bisa terbang tinggi, tidak bisa bergaya bebas di udara melawan arus angin dan meniti putihnya awan serta luasnya langit.
        Lebih banyak waktu dia habiskan dengan menyendiri di atas ranting pohon yang dia bisa gapai. Sesekali dia merasa pasrah dan putus asa terhadap takdir yang diberikan Tuhan kepadanya. Karena seringnya menyendiri serta jarangnya dia bisa bermain dengan sesama burungnya membuatnya menjadi burung yang terkucilkan. 
       Dalam keadaan putus asa tersebut, dia hanya bisa berandai dan berharap bulan bundar yang kemerah-merahan di atas mega mendung bisa mendengarkan keluhannya dan meminta burung-burung yang lain untuk membantunya terbang. Dia juga berandai jikalau matahari yang segera kembali ke singasana senjanya bisa tetap menghibur dirinya dengan tidak meninggalkan kesedihan dengan warnanya yang merah kekuning-kuningan. Sedih.
         Bayu pun dia harapkan memegangnya, dan membawanya bebas mengalahkan luasnya langit. 

     "Ah kapan saya bisa memiliki teman banyak, yang siap menghiburku dikala sedih, siap datang kala aku mengundang, dia membantu kala aku membutuhkan, dan ikut tersenyum dikala kita berbahagia. Kapan?" sambil memegang kepalanya dia merasakan sayapnya yang tidak sesempurna sayap burung-burung yang lain.
       Tanpa berpikir panjang tiba-tiba dia jatuhkan dirinya dari dahan pohon tempat dia berdiri. Dan merasakan ada sesuatu perubahan pada dirinya ketika dia berani mencoba sesuatu hal yang berbahaya dan menantang untuk dia lakukan.
      Terhempaslah tubuhnya ke tanah dan memantul ke batu besar. Seketika berbunyilah sesuatu. "Kreek". Dia merasakan kesakitan. Sangat sakit. Semua badannya ngilu tidak terhingga. Pelan-pelan tapi pasti dia mencoba bangkit dari keterpurukan. Berdiri pelan-pelan. Pelan tapi pasti. Aduuh. Dia mengeluh sementara. Keajaiban pun datang. Tulang sayapnya tanpa disangka telah lurus dan normal kembali seperti sedia kala. Sakit yang didera yang tadi tak terhingga dia rasakan, ternyata itu adalah sebuah proses positif untuk dirinya menuju kesembuhan, menuju perubahan ke yang lebih baik. Betapa pun berat kehidupan selalu ada kebaikan yang tersembunyi di dalamnya. Kadang kita tidak sadari dibalik buruknya keadaan tersimpan mutiara kebaikan yang tak terhingga baik dan indahnya. Tuhan ku mencoba terus berbaik sangka kepada-Mu. Walaupun kadang sayap-sayap kami banyak lelah, luntur dan tiba-tiba patah. Tapi kami tidak mau mengalah. Ridhailah kami.

IBU AKU SAYANG PADAMU


     Afika anak berumur 10 tahun. Setiap malam sebelum tidur ibunya terus-menerus menceritakannya dongeng-dongeng yang menarik, sampai Afika benar-benar terlelap dibuai mimpi-mimpinya bermain dengan peri, atau dibawa oleh angin tuk jalan-jalan mengitari langit yang cantik dan memandang ke bawah melihat bumi yang manis hijau menyejukkan mata.
        Bangun tidur ibunya sudah menyambut dengan senyuman paling manis yang bahkan tidak pernah diberikan ibunya ketika pacaran dulu dengan papanya. Dipeluknya Afika, rambutnya dibelai, pipinya dicium.  Eeehm ... mama sangat sayaaaang padamu. Itulah kata-kata yang tidak ternilai harganya. Afika mandi, dibelai lembut kulitnya yang masih halus dengan sabun, selesai itu kemudian di hangatkan dengan handuk, dan diberikan bedak serta pengharum badan. 
        Coba, ketika Afika sudah dewasa. Apa yang dia katakan kepada Ibunya.
        "Ibu, Afika sangat mencintai Ibu. Afika tidak rela berpisah dengan Ibu baik dalam keadaan senang atau susah. Aku ingin berbakti kepada Ibu. Aku akan mematuhi perintah Ibu, membantu Ibu.




BAPAK GURU


Tidak ada komentar:

Posting Komentar